Diantara
Oleh:
Angnes Sophia Laisina
Namanya Kirana. Perempuan
yang sangat cantik dan hebat. Tapi, bukan itu yang menjadi alas an. Dia adalah
perempuan yang selalu membuat gue memikirkannya. Bahkan, waktu dia di dekat gue
sekalipun.udah hampir 3 tahun kami berpacaran. Tepatnya, semenjak kami masuk
SMA ini, gue baru aja menyelesaikan Ujian Nasional. Time to relax. Hari ini gue
mengajak Kirana buat makan siang bareng.gue janjian di salah satu rumah makan
di daperah pasar baru. Memang jauh dari kata mewah. Tapi, gue bisa jamin
rasanya nggak kalah dengan rumah makandi mal-all. Bahkan, jauh lebih enak.
“Udah lama?” baru sekali ini
gue ngaret
“Lumayan.”
“yaudah langsung pesen aja.
Kau mau apa?”
“samain aja. Aku baru
pertama kali ke sini.”
“enggak mau liat daftar
menunya?” Tanya gue
“Udah laper nih. Kamu cepet
pilih gih.” Gue langsung memesan soto ayam campur kepiting. Menu kesukaan gue.
“makan banyak.” Gue
melemparkan senyum kearahnya. Udah lama banget enggak seperti ini. Terlalu
sibuk dengan dunia modelingnya.
“iya, Aku ikut lomba
modelling. Yang kaliini aku bener-bener perjuangin banget, juara satu nya
bakalan dikirim ke amerika. Sekolah model disana. Sumpah, aku harus menang.
Kesempatan banget kan? Kau doain ya” Gue berhenti menyuap. Gue terus
memperhatikan senyuman bahagianya. Gue bahagia kalau dia bahagia. Tapi, buat
kali ini gue bener-bener gak merasa bahagia walaupun melihat senyuman yang
biasanya selalu bikin gue ikutan tersenyum. Bukan hal yang sulit untuk Kirana.
Dia selalu memenangkan lomba-lombanya selama ini.
“kok diem?”
“ha? Mm... besok aku cuma
jemput aja?”
“emangnya kamu mau
nonton?”akhir-akhir ini gue emang nggak pernah lagi mau buat nonton dia
modelling. Belakangan ini gue emang berubah jadi egois. Gue merasa dunia dia
yang satu ini perusak hubungan gue. Awalnya, gue menyuruhnya buat mengurangi
jadwalnya. Tapi, dia bersikeras. Gue bisa apa? Itu mimpinya.
“engga juga sih”
“padahal aku kangen ditonton
sama kamu.” Gue hanya tersenyum kecut. “besok jangan ngaret ya, Dim. Soalnya
udah malem.” kata Kirana, dan Gue hanya mengangguk. Mood gue runtuh.
Gue menunggunya didalam
mobil. Semoga kirana kalah. Semoga kirana kalah. Semoga kiran kalah. Tok tok
tok. Gue menoleh ke jendela. Itu Kirana.
“Dimas, kamu harus liat aku
bawa apa.” Dia membuka tasnya. Bukan piala. Bukan piala. Bukan piala
“TARAAAA! I’m coming boston”
fuck! Kirana menggoyang-goyangkan bahu gue. Berusaha ngajak gue ikut dalam
kegembiraanya. Dia masih terus tersenyum, gue mengarahkan mobil kejalanan.
“kamu kenapa sih? Kok kayak
nggak mood gitu”
“cowok mana yang bakalan
mood ngeliat pacaarnya bakalan pergi keluar negri?”
“kok kamu ngomong gitu? Kamu
enggak seneng ngeliat aku seneng kayak gini?”
“bukan gitu, Na. di sini aja
kamu enggak punya waktu buat aku. Gimana disana?”
“aku pergi bulan depan.” Ucapannya
sangat dingin. Gue menepikan mobil.
“kamu seenaknya baget ya
enggak mikirin perasaan orang?”
“apaan sih? Enggak usah childish. Kamu tau ini mimpi aku”
“dulu, kamu bilang kamu
enggak pernah suka sama LDR. Apalagi yang kau gelutin itu modelling. Hubungan
kita gimana?”
“emang aku gak pernah suka
dan aku enggak mau buat nyoba”
“bisa tolong jelasin?” Tanya
Gue yang bingung atas ucapannya barusan
“ putus. Mungkin kita harus
putus.” Gue langsung menoleh. Memperhatikan wajahnya. Enggak ada ekspresi yang
sekarang melekat di wajah gue.
“segampang itu?”
“yang aku kejar itu masa
depan aku. Dan aku enggak pernah gampang buat dapetin itu. Waktu kecil, aku
selalu diejek teman-teman aku karma dalu aku cacat tulang belakang. Sekarang
aku cnatik. Dan aku cantik. Dan aku jadi juara pertama. Menurut kamu apa yang
bakalan aku pilih? Kamu tau.”
“enggak ada jalan lain?”
Tanya gue
“selalu ada lebih dari satu
jalan kan dalam hidup? Kayak kata kamu. Tapi, kayaknya jalan yang lain terlalu
beresiko. Terlalu nyakitin nantinya. Sakit sekarang aja. So far so good.”
“ 3 tahun kita ilang
segampang ini aja? Bisa kasih aku alesan karena pilih itu? Alesan pribadi?”
Harus selalu ada yang
dipilihkan? Karena kamu, belum tentu jadi masa depan aku. Tapi model, ini sudah
pasti.”
Haha, benar sekali, Gue
emang belum tentu jadi masa depannya. That’s
the point. Perempuan pintar. Masa lalu emang udah lewat, tapi dia bisa
menentukan masa depan. Dan juga, masa sekarang. Untuk apapun yang kita pilih,
semuanya menentukan kita nanti. Hal itu juga yang sekarang harus gue lakukan.
Memilih, bukan hanya yang kita suka, tapi juga yang terbaik. Untuk 3 tahunini,
gue diajarakan untuk memilih.
THE END
Tidak ada komentar:
Posting Komentar